1.
|
Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau
nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
|
|
Angka Arab
|
:
|
Ù ,Ù¡,Ù¢,Ù£,Ù¤,Ù¥,Ù¦,Ù§,Ù¨,Ù©
|
Angka Romawi
|
:
|
I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C
(100), D (500), M (1.000)
|
Pemakaiannya diatur lebih lanjut dalam pasal-pasal yang berikut ini.
|
2.
|
Angka digunakan untuk menyatakan:
(i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii) satuan waktu (iii)
nilai uang, dan (iv) kuantitas
|
|
Misalnya:
0,5 sentimeter
5 kilogram
4 meter persegi
10 liter
|
1 jam 20 menit
pukul 15.00
tahun 1928
17 Agustus 1945
|
Rp5.000,00
US$3.50*
$5.10*
¥100
2.000 rupiah
|
50 dolar Amerika
10 paun Inggris
100 yen
10 persen
27 orang
|
* tanda titik di sini merupakan tanda
desimal.
|
3.
|
Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan,
rumah, apartemen, atau kamar pada alamat.
|
|
Misalnya:
·
Jalan Tanah Abang I No. 15
·
Hotel Indonesia, Kamar 169
|
4.
|
Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan
dan ayat kitab suci.
|
|
Misalnya:
·
Bab X, Pasal 5, halaman 252
·
Surah Yasin: 9
|
5.
|
Penulisan lambang bilangan yang dengan huruf
dilakukan sebagai berikut:
|
|
a.
|
Bilangan utuh
|
|
Misalnya:
dua belas
dua puluh dua
dua ratus dua puluh dua
|
|
12
22
222
|
|
b.
|
Bilangan pecahan
|
|
Misalnya:
setengah
tiga perempat
seperenam belas
tiga dua pertiga
seperseratus
satu persen
satu dua persepuluh
|
1/2
3/4
1/16
3 2/3
1/100
1%
1,2
|
|
6.
|
Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan
dengan cara yang berikut.
|
|
Misalnya:
- Paku Buwono X
- pada awal
abad XX
- dalam
kehidupan pada abad ke-20 ini
- lihat Bab II,
Pasal 5
- dalam bab
ke-2 buku itu
|
- di daerah
tingkat II itu
- di tingkat
kedua gedung itu
- di tingkat
ke-2 itu
- kantornya di
tingkat II itu
|
|
7.
|
Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an
mengikuti
|
|
Misalnya:
tahun '50-an
uang 5000-an
lima uang 1000-an
|
(tahun lima
puluhan)
(uang lima
ribuan)
(lima
uang seribuan)
|
|
8.
|
Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, sperti dalam perincian dan pemaparan.
|
|
Misalnya:
Amir menonton drama itu
sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus
ekor ayam.
Di antara 72 anggota
yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5
orang memberikan suara blangko.
Kendaraan yang ditempah
untuk pengangkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 helicak, 100
bemo.
|
9.
|
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan
huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak
dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal
kalimat.
|
|
Misalnya:
Lima belas orang tewas
dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250
orang tamu.
|
|
Bukan:
15 orang tewas dalam
kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang
tamu diundang Pak Darmo.
|
10.
|
Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar
dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca.
|
|
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja
mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia
berjumlah lebih dari 120 juta orang.
|
11.
|
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf
sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan
kuitansi.
|
|
Misalnya:
Kantor kami mempunya dua
puluh orang pegawai.
DI lemari itu tersimpan 805
buku dan majalah.
|
|
Bukan:
Kantor kamu mempunyai 20
(dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805
(delapan ratus lima)
buku dan majalah.
|
12.
|
Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf,
penulisannya harus tepat.
|
|
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima
uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan
tujuh puluh lima
perseratus rupiah).
Saya lampirkan tanda terima
uang sebesar 999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh
puluh lima
perseratus) rupiah.
|
|
IV.
Penulisan Huruf Serapan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari
pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing
seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan besar.
- Pertama, unsur
pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti: reshuffle, shuttle cock, I'exploitation de
l'homme par I'homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia,
tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
- Kedua, unsur
pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia.
Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Kaidah ejaan
Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu sebagai berikut.
|
|
|
aa (Belanda) menjadi a
|
|
paal
baal
octaaf
|
pal
bal
oktaf
|
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
|
|
aerobe
aerodinamics
|
aerob
aerodinamika
|
ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
|
|
haemoglobin
haematite
|
hemoglobin
hematit
|
ai tetap ai
|
|
trailer
caisson
|
trailer
kaison
|
au tetap au
|
|
audiogram
autotroph
tautomer
hydraulic
caustic
|
audiogram
autotrof
tautomer
hidraulik
kaustik
|
c di muka a, u, o, dan
konsonan menjadi k
|
|
calomel
construction
cubic
coup
classification
crystal
|
kalomel
konstruksi
kubik
kup
klasifikasi
kristal
|
c di muka e, i, oe, dan y
menjadi s
|
|
central
cent
cybernetics
circulation
cylinder
coelom
|
sentral
sen
sibernetika
sirkulasi
silinder
selom
|
cc di muka o, u, dan konsonan
menjadi k
|
|
accomodation
acculturation
acclimatization
accumulation
acclamation
|
akomodasi
akulturasi
aklimatisasi
akumulasi
aklamasi
|
cc di muka e dan i menjadi ks
|
|
accent
accessory
vaccine
|
aksen
aksesori
vaksin
|
cch dan ch di muka a, o, dan
konsonan menjadi k
|
|
saccharin
charisma
cholera
chromosome
technique
|
sakarin
karisma
kolera
kromosom
teknik
|
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
|
|
echelon
machine
|
eselon
mesin
|
ch yang lafalnya c menjadi c
|
|
check
China
|
cek
Cina
|
ç (Sanskerta) menjadi s
|
|
çabda
çastra
|
sabda
sastra
|
e tetap e
|
|
effect
description
synthesis
|
efek
deskripsi
sintesis
|
ea tetap ea
|
|
idealist
habeas
|
idealis
habeas
|
ee (Belanda) menjadi e
|
|
stratosfeer
systeem
|
stratosfer
sistem
|
ei tetap ei
|
|
eicosane
eidetic
einsteinium
|
eikosan
eidetik
einsteinium
|
eo tetap eo
|
|
stereo
geometry
zeolite
|
stereo
geometri
zeolit
|
eu tetap eu
|
|
neutron
eugenol
europium
|
neutron
eugenol
europium
|
f tetap f
|
|
fanatic
factor
fossil
|
fanatik
faktor
fosil
|
gh menjadi g
|
|
sorghum
|
sorgum
|
gue menjadi ge
|
|
igue
gigue
|
ige
gige
|
i pada awal suku kata di muka vokal tetap i
|
|
iambus
ion
iota
|
iambus
ion
iota
|
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
|
|
politiek
riem
|
politik
rim
|
ie tetap ie jika lafalnya bukan i
|
|
variety
patient
efficient
|
varietas
pasien
efisien
|
kh (Arab) tetap kh
|
|
khusus
akhir
|
khusus
akhir
|
ng tetap ng
|
|
contingent
congress
linguistics
|
kontingen
kongres
linguistik
|
oe (oi Yunani) menjadi e
|
|
oestrogen
oenology
foetus
|
estrogen
enologi
fetus
|
oo (Belanda) menjadi o
|
|
cartoon
proof
pool
|
kartun
pruf
pul
|
oo (vokal ganda) tetap oo
|
|
zoology
coordination
|
zoologi
koordinasi
|
ou menjadi u jika lafalnya u
|
|
gouverneur
coupon
contour
|
gubernur
kupon
kontur
|
ph menjadi f
|
|
phase
physiology
spectograph
|
fase
fisiologi
spektograf
|
ps tetap ps
|
|
pseudo
psychiatry
psychosomatic
|
pseudo
psikiatri
psikosomatik
|
pt tetap pt
|
|
pterosaur
pteridology
ptyalin
|
pterosaur
pteridologi
ptialin
|
q menjadi k
|
|
aquarium
frequency
equator
|
akuarium
frekuensi
ekuator
|
rh menjadi r
|
|
rhapsody
rhombus
rhythm
rhetoric
|
rapsodi
rombus
ritme
retorika
|
sc di muka a, o, u, dan
konsonan menjadi sk
|
|
scandium
scotapia
scutella
sclerosis
scriptie
|
skandium
skotapia
skutela
sklerosis
skripsi
|
sc di muka e, i, dan y
menjadi s
|
|
scenography
scintillation
scyphistoma
|
senografi
sintilasi
sifistoma
|
sch di muka vokal menjadi sk
|
|
schema
schizophrenia
scholasticism
|
skema
skizofrenia
skolastisisme
|
t di muka i menjadi s jika lafalnya
s
|
|
ratio
action
patient
|
rasio
aksi
pasien
|
th menjadi t
|
|
theocracy
orthography
thiopental
thrombosis
methode
|
teokrasi
ortografi
tiopental
trombosis
metode
|
u tetap u
|
|
unit
nucleolus
structure
institute
|
unit
nukleolus
struktur
institut
|
ua tetap ua
|
|
dualisme
aquarium
|
dualisme
akuarium
|
ue tetap ue
|
|
suede
duet
|
sued
duet
|
ui tetap ui
|
|
equinox
conduite
|
ekuinoks
konduite
|
uo tetap uo
|
|
fluorescein
quorum
quota
|
fluoresein
kuorum
kuota
|
uu menjadi u
|
|
prematuur
vacuum
|
prematur
vakum
|
v tetap v
|
|
vitamin
television
cavalry
|
vitamin
televisi
kavaleri
|
x pada awal kata tetap x
|
|
xanthate
xenon
xylophone
|
xantat
xenon
xilofon
|
x pada posisi lain menjadi ks
|
|
executive
taxi
exudation
latex
|
eksekutif
taksi
eksudasi
lateks
|
xc di muka e dan i menjadi ks
|
|
exception
excess
excision
excitation
|
eksepsi
ekses
eksisi
eksitasi
|
xc di muka a, o, u, dan
konsonan menjadi ksk
|
|
excavation
excommunication
excursive
exclusive
|
ekskavasi
ekskomunikasi
ekskursif
eksklusif
|
y tetap y jika lafalnya y
|
|
yakitori
yangonin
yen
yuan
|
yakitori
yangonin
yen
yuan
|
y menjadi i jika lafalnya i
|
|
yttrium
dynamo
propyl
psychology
|
itrium
dinamo
propil
psikologi
|
z tetap z
|
|
zenith
zirconium
zodiac
zygote
|
zenith
zirkonium
zodiak
zigot
|
Konsonan ganda
Konsonan ganda menjadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat
membingungkan.
Misalnya:
gabbro
accu
effect
commision
ferrum
solfeggio
|
gabro
aki
efek
komisi
ferum
solfegio
|
tetapi:
|
mass
|
massa
|
Catatan
- Unsur pungutan
yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi
diubah
Misalnya: kabar, sirsak,
iklan, perlu, bengkel, hadir.
- Sekalipun dalam
ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai
bagian abjad bahasa Indonesia,
kedua huruf itu diindonesiakan menurut kaidah yang terurai di atas.
Kedua huruf itu digunakan dalam penggunaan tertentu saja seperti dalam
pembedaan nama dan istilah khusus.
Akhiran asing
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas,
berikut ini didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam
bahasa Indonesia.
Akhiran itu diserap sebagai bagian kata yang utuh.
Kata seperti standardisasi, efektif, dan implementasi
diserap secara utuh di samping kata standar, efek, dan implemen.
|
|
|
-aat (Belanda) menjadi -at
|
|
advokaat
|
advokat
|
-age menjadi -ase
|
|
percentage
etalage
|
persentase
etalase
|
-al, -eel (Belanda) menjadi -al
|
|
structural, structureel
formal, formeel
normal, normaal
|
struktural
formal
normal
|
-ant menjadi -an
|
|
accountant
informant
|
akuntan
informan
|
-ary, -air (Belanda) menjadi -er
|
|
complementary, complementair
primary, primair
secondary, secundair
|
komplementer
primer
sekunder
|
-(a)tion, -(a)tie (Belanda) menjadi -asi,
-si
|
|
action, actie
publication, publicatie
|
aksi
publikasi
|
-eel (Belanda) menjadi -el
|
|
ideëel
materieel
moreel
|
ideel
materiel
morel
|
-ein tetap -ein
|
|
casein
protein
|
kasein
protein
|
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (Belanda)
menjadi -ik, -ika
|
|
logic, logica
phonetics, phonetiek
physics, physica
dialectics, dialektica
technique, techniek
|
logika
fonetik
fisika
dialektika
teknik
|
-ic, -isch (adjektiva Belanda) menjadi -ik
|
|
electronic, electronisch
mechanic, mechanisch
ballistic, ballistisch
|
elektronik
mekanik
balistik
|
-ical, -isch (Belanda) menjadi -is
|
|
economical, economisch
practical, practisch
logical, logisch
|
ekonomis
praktis
logis
|
-ile, iel menjadi -il
|
|
percentile, percentiel
mobile, mobiel
|
|
-ism, -isme (Belanda) menjadi -isme
|
|
modernism, modernisme
communism, communisme
|
modernisme
komunisme
|
-ist menjadi -is
|
|
publicist
egoist
|
publisis
egois
|
-ive, -ief (Belanda) menjadi -if
|
|
descriptive, descriptief
demonstrative, demonstratief
|
deskriptif
demonstratif
|
-logue menjadi -log
|
|
catalogue
dialogue
|
katalog
dialog
|
-logy, -logie (Belanda) menjadi -logi
|
|
technology, technologie
physiology, physiologie
analogy, analogie
|
teknologi
fisiologi
analogi
|
-loog (Belanda) menjadi -log
|
|
analoog
epiloog
|
analog
epilog
|
-oid, -oide (Belanda) menjadi -oid
|
|
hominoid, hominoide
anthropoid, anthropoide
|
hominoid
anthropoid
|
-oir(e) menjadi -oar
|
|
trottoir
repertoire
|
trotoar
repertoar
|
-or, -eur (Belanda) menjadi -ur, -ir
|
|
director, directeur
inspector, inspecteur
amateur
formateur
|
direktur
inspektur
amatir
formatur
|
-or tetap -or
|
|
dictator
corrector
|
diktator
korektor
|
-ty, -teit (Belanda) menjadi -tas
|
|
university, universiteit
quality, qualiteit
|
universitas
kualitas
|
-ure, -uur (Belanda) menjadi -ur
|
|
structure, struktuur
premature, prematuur
|
struktur
prematur
|
V.
Pemakaian Tanda Baca
A. Tanda Titik (.)
1.
|
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan
pertanyaan atau seruan.
|
|
Misalnya:
·
Ayahku tinggal di Solo.
·
Biarlah mereka duduk di sana.
·
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
·
Hari ini tanggal 6 April 1973.
·
Marilah kita mengheningkan cipta.
·
Sudilah kiranya Saudara mengabulkan
permohonan ini.
|
2.
|
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf
dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
|
|
Misalnya:
a.
|
III.
|
Departemen Dalam Negri
|
A.
|
Direktorat Jendral Pembangunan Masyarakat Desa
|
B.
|
Direktorat Jendral Agraria
1.
|
b.
|
1.
|
Patokan Umum
|
|
1.1
|
Isi Karangan
|
|
1.2
|
Ilustrasi
|
|
|
1.2.1
|
Gambar Tangan
|
|
|
1.2.2
|
Tabel
|
|
|
1.2.3
|
Grafik
|
|
|
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam
suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf itu merupakan yang
terakhir dalam deretan angka atau huruf.
|
3.
|
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik yang menunjukkan waktu.
|
|
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1
lewat 35 menit 20 detik)
|
4.
|
Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam,
menit, dan detik yang menunjukkan jangka waktu.
|
|
Misalnya:
1.35.20 jam (1 jam, 35
menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30
detik)
0.0.30 jam (30 detik)
|
5.
|
Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul
tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat
terbit dalam daftar pustaka.
|
|
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab
dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
|
6a.
|
Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya.
|
|
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200
orang.
Gempa yang terjadi semalam
menewaskan 1.231 jiwa.
|
6b.
|
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan
bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.
|
|
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di
Bandung.
Lihat halaman 2345 dan
seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
|
7.
|
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul
yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan
sebagainya.
|
|
Misalnya:
Acara Kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab
I UUD'45)
Salah Asuhan
|
8.
|
Tanda titik tidak dipakai di belakang
(1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
|
|
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa
titik)
Jalan Arif 43 (tanpa titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga
(tanpa titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa
titik)
Jakarta (tanpa titik)
|
|
B. Tanda Koma (,)
1.
|
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan.
|
|
Misalnya:
·
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
·
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
·
Satu, dua, ... tiga!
|
2.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi
atau melainkan.
|
|
Misalnya:
·
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
·
Didi bukan anak saya, melainkan anak
Pak Kasim.
|
3a.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari
induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
|
|
Misalnya:
·
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
·
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
|
3b.
|
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk
kalimatnya.
|
|
Misalnya:
·
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
·
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
·
Dia tahu bahwa soal itu penting.
|
4.
|
Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan
penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di
dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
|
|
Misalnya:
·
... Oleh karena itu, kita harus
berhati-hati.
·
... Jadi, soalnya tidak semudah itu.
|
5.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o,
ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang
terdapat di dalam kalimat.
|
|
Misalnya:
·
O, begitu?
·
Wah, bukan main!
·
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
|
6.
|
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain dalam kalimat.
(Lihat juga pemakaian tanda petik, Bab V, Pasal L dan M.)
|
|
Misalnya:
·
Kata Ibu, "Saya gembira sekali."
·
"Saya gembira sekali," kata Ibu,
"karena kamu lulus."
|
7.
|
Tanda koma dipakai di antara
(i) nama dan alamat,
(ii) bagian-bagian alamat,
(iii) tempat dan tanggal, dan
(iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
|
|
Misalnya:
·
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada
Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
·
Sdr. Abdullah, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
·
Surabaya,
10 mei 1960
·
Kuala
Lumpur, Malaysia
|
8.
|
Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
|
|
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir.
1949 Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
|
9.
|
Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam
catatan kaki.
|
|
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang
(Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
|
10.
|
Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar
akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
|
|
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
|
11.
|
Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di
antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
|
|
Misalnya:
12,5 m
Rp12,50
|
12.
|
Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan
yang sifatnya tidak membatasi.
(Lihat juga pemakaian tanda pisah, Bab V, Pasal F.)
|
|
Misalnya
·
Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
·
Di daerah kami, misalnya, masih banyak orang
laki-laki yang makan sirih.
·
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang
perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
|
|
Bandingkan dengan keterangan pembatas yang pemakaiannya
tidak diapit tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian
mendaftarkan namanya pada panitia.
|
13.
|
Tanda koma dapat dipakai—untuk menghindari salah
baca—di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
|
|
Misalnya:
Dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan
terima kasih.
|
|
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan dan pengembangan bahasa.
Karyadi mengucapkan terima
kasih atas bantuan Agus.
|
14.
|
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan
petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika
petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
|
|
Misalnya:
"Di mana Saudara
tinggal?" tanya Karim.
"Berdiri
lurus-lurus!" perintahnya.
|
C. Tanda Titik Koma (;)
1.
|
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
|
|
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan
belum selesai juga.
|
2.
|
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
|
|
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di
kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan
nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran "Pilihan
Pendengar".
|
D. Tanda Titik Dua (:)
1a.
|
Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
|
|
Misalnya:
·
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah
tangga: kursi, meja, dan lemari.
·
Hanya ada dua pilihan bagi pejuang
kemerdekaan itu: hidup atau mati.
|
1b.
|
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian
atau perian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan
|
|
Misalnya:
·
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
·
Fakultas itu mempunyai Jurusan Ekonomi Umum
dan Jurusan Ekonomi Perusahaan.
|
2.
|
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan
yang memerlukan pemerian.
|
|
Misalnya:
a.
|
Ketua
Sekretaris
Bendahara
|
:
:
:
|
Ahmad Wijaya
S. Handayani
B. Hartawan
|
b.
|
Tempat Sidang
Pengantar Acara
Hari
Waktu
|
:
:
:
:
|
Ruang 104
Bambang S.
Senin
09.30
|
|
3.
|
Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama
sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
|
|
Misalnya:
|
|
Ibu
|
:
|
(meletakkan beberapa kopor) "Bawa kopor ini,
Mir!"
|
Amir
|
:
|
"Baik, Bu." (mengangkat kopor dan masuk)
|
Ibu
|
:
|
"Jangan lupa. Letakkan baik-baik!" (duduk di
kursi besar)
|
|
4.
|
Tanda titik dua dipakai:
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci,
(iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta
(iv) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.
|
|
Misalnya:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Karangan Ali Hakim, Pendidikan
Seumur Hidup: Sebuah Studi, sudah terbit.
Tjokronegoro, Sutomo, Tjukupkah
Saudara membina Bahasa Persatuan Kita?, Djakarta:
Eresco, 1968.
|
E. Tanda Hubung (–)
1.
|
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang
terpisah oleh penggantian baris.
|
|
Misalnya:
Di samping cara-cara lama itu
ada ju-
ga
cara yang baru.
|
|
Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan
pada ujung baris atau pangkal baris.
|
|
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai
masalah itu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap
tidak mau
beranjak ....
atau
Beberapa pendapat mengenai
masalah
itu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap
tidak
mau
beranjak ....
bukan
Beberapa pendapat mengenai
masalah i-
tu
telah disampaikan ....
Walaupun sakit, mereka tetap
tidak ma-
u
beranjak ....
|
2.
|
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian
baris.
|
|
Misalnya:
Kini ada cara yang baru untuk
meng-
ukur
panas.
Kukuran baru ini memudahkan
kita me-
ngukur
kelapa.
Senjata ini merupakan alat pertahan-
an
yang canggih.
|
|
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat
satu huruf saja pada pangkal baris.
|
3.
|
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
|
|
Misalnya:
anak-anak, berulang-ulang,
kemerah-merahan.
|
|
Angka 2 sebagai tanda ulang hanya digunakan pada tulisan
cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
|
4.
|
Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja
satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
|
|
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
8-4-1973
|
5.
|
Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas
(i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan
bagian kelompok kata.
|
|
Misalnya:
·
ber-evolusi
·
dua puluh lima-ribuan (20 x 5000)
·
tanggung jawab-dan kesetiakawanan-sosial
|
|
Bandingkan dengan:
·
be-revolusi
·
dua-puluh-lima-ribuan (1 x 25000)
·
tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial
|
6.
|
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
(i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital,
(ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an,
(iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan
(v) nama jabatan rangkap
|
|
Misalnya
se-Indonesia, se-Jawa Barat,
hadiah ke-2, tahun 50-an, mem-PHK-kan, hari-H, sinar-X, Menteri-Sekretaris
Negara
|
7.
|
Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa
Indonesia dengan unsur bahasa asing.
|
|
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
|
F. Tanda Pisah (—)
1.
|
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
|
|
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu—saya
yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
|
2.
|
Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
|
|
Misalnya:
Rangkaian temuan ini—evolusi,
teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom—telah mengubah persepsi kita
tentang alam semesta.
|
3.
|
Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau
tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.
|
|
Misalnya:
1910—1945
tanggal 5—10 April 1970
Jakarta—Bandung
|
Catatan:
Dalam
pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya.
|
G. Tanda Elipsis (...)
1.
|
Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang
terputus-putus.
|
|
Misalnya:
·
Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
|
2.
|
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat
atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
|
|
Misalnya:
·
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti
lebih lanjut.
|
Catatan:
Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah
titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai
akhir kalimat.
Misalnya:
Dalam
tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
|
H. Tanda Tanya (?)
1.
|
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
|
|
Misalnya:
·
Kapan ia berangkat?
·
Saudara tahu, bukan?
|
2.
|
Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk
menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat
dibuktikan kebenarannya.
|
|
Misalnya:
·
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
·
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
|
I. Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan,
ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
|
Misalnya:
·
Alangkah seramnya peristiwa itu!
·
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
·
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan
anak-istrinya!
·
Merdeka!
|
J. Tanda Kurung ((...))
1.
|
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
|
|
Misalnya:
·
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun
DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
|
2.
|
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan.
|
|
Misalnya:
·
Sajak Tranggono yang berjudul
"Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
·
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan
arus perkembangan baru dalam pasaran dalam negeri.
|
3.
|
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang
kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
|
|
Misalnya:
·
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa
Indonesia menjadi kokain(a).
·
Pejalan kaki itu berasal dari (kota) Surabaya.
|
4.
|
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci
satu urutan keterangan.
|
|
Misalnya:
·
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam,
(b) tenaga kerja, dan (c) modal.
|
K. Tanda Kurung Siku ([...])
1.
|
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang
ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan
itu memang terdapat di dalam naskah asli.
|
|
Misalnya:
·
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
|
2.
|
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung.
|
|
Misalnya:
·
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di
sini.
|
L. Tanda Petik ("...")
1.
|
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal
dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis lain.
|
|
Misalnya:
·
"Saya belum siap," kata Mira,
"tunggu sebentar!"
·
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi, "Bahasa
negara ialah Bahasa Indonesia."
|
2.
|
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab
buku yang dipakai dalam kalimat.
|
|
Misalnya:
·
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari
Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
·
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul
"Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan dalam Tempo.
·
Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada
halaman 5 buku itu.
|
3.
|
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang
dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
|
|
Misalnya:
·
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara
"coba dan ralat" saja.
·
Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja
dikenal dengan nama "cutbrai".
|
4.
|
Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang
mengakhiri petikan langsung.
|
|
Misalnya:
·
Kata Tono, "Saya juga minta satu."
|
5.
|
Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat
ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
|
|
Misalnya:
·
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan
"Si Hitam".
·
Bang Komar sering disebut
"pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.
|
Catatan:
Tanda
petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris.
|
M. Tanda Petik Tunggal ('...')
1.
|
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di
dalam petikan lain.
|
|
Misalnya:
·
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi
'kring-kring' tadi?"
·
"Waktu kubuka pintu depan, kudengar
teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika,"
ujar Pak Hamdan.
|
2.
|
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau
penjelasan kata atau ungkapan asing. (Lihat pemakaian tanda kurung, Bab V,
Pasal J.)
|
|
Misalnya:
·
feed-back 'balikan'
|
N. Tanda Garis Miring (/)
1.
|
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
|
|
Misalnya:
No. 7/PK/1973
Jalan Kramat III/10
tahun anggaran 1985/1986
|
2.
|
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau,
tiap.
|
|
Misalnya:
dikirimkan lewat darat/laut
|
(dikirimkan lewat
darat atau laut)
|
harganya Rp25,00/lembar
|
(harganya Rp25,00 tiap lembar)
|
|
O. Tanda Penyingkat (Apostrof) (')
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun.
|
Misalnya:
Ali 'kan kusurati.
|
('kan
= akan)
|
Malam 'lah tiba.
|
('lah = telah)
|
1 Januari '88
|
('88 = 1988)
|
|
|