Sunday, March 9, 2014

Materi Sejarah Kerajaan Romawi Kelas 2 SMA/IPA TA 2013/2014

Posted by Blogger Name. Category: , ,

Sejarah Kerajaan Romawi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Sebelum menjadi negara dengan bentuk pemerintahan kekaisaran, Romawi merupakan negara dengan pemerintahan republiK. Perubahan negara kekaisaran dimulai pada saat Oktavianus berkuasa atas seluruh wilayah Romawi setelah berhasil mengalahkan Musuh-musuhnya termasuk Antonius, kakak iparnya sendiri. Oktavianus merupakan ahli waris yang ditunjuk oleh Caesar sebelum kematianya, dan naik tahta menjadi kaisar Romawi pada tahun 27 SM dan bergelar kaisar Augustus. Pada masa pemerintahan kaisar Oktavianus Augustus, Romawi mencapai masa kejayaan karena Augustus berhasil menciptakan perdamaian di seluruh Romawi. Tatanan dalam pemrintahanya juga diperbaharui dan lebih berpihak pada rakyat. 
Setelah kematian Oktavianus Augustus, tidak ditemukan lagi pengatinya yang dapat melebihi seperti apa yang diraihnya bahkan empat kaisar awal pengantinya dapat dikatakan tidak mampu memangku jabatan setinggi itu. Namun selang beberapa periode selanjutnya muncul lima kaisar yang dianggap kembali mengangkatr Roma ke jaman kejayaan meskipun tidak seperti apa yang dicapai pada masa kaisar Augustus. Selengkapnya baik keburukan-keburukan maupun prestasi yang telah dicapai selama kekaisaran Principat (27 SM-284M) akan dibahas dalam isi makalah ini.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana Latar Belakang munculnya kekaisaran Prinsipat Romawi.
b. Bagaimana kehidupan Romawi pada masa kaisar Augustus dan pengantinya.
c. Hasil-hasil peradaban pada masa Roma kekaisaran.


C. Tujuan

a. Untuk memahami latar belakang munculnya kekaisaran Prinsipat Romawi.

b. Mengetahui kaisar-kaisar yang pernah berkuasa pada periode kekaisaran Prinsipat.
c. Mengetahui hasil peradaban yang telah dicapai pada masa kekaisaran Prinsipat.




Kekaisaran Prinsipat di Romawi
BAB II : Latar Belakang Kekaisaran Prinsipat Romawi
Sebelaum menjadi negara kekaisaran, Romawi adalah sebuah negara republik oligharkis yang membagi penduduk dalam dua golongan utama, yaitu kelompok Patricia yang terdiri dari para bangsawan maupun orang yang memiliki tanah luas dan kelompok Pebea yang terdiri dari penduduk kelas rendahan. Julius Caesar adalah pemimpin republik Romawi terakhir yang paling sukses karena dapat menaklukan seluruh Gaul sebelum akhirnya republik ini runtuh dan berubah menjadi pemerintahan kekaisaran. Pada masa pemerintahan Julius Caesar dilaksanakan berbagai perubahan-perubahan pembaharuan, yakni setelah ia merasa banyak orang Roma yang menjadi pendukungnya. Tindakan pembaharuan ini diawali dengan tindakan perbaikan antara lain dengan mengirim delapan puluh ribu pengangguran ke negara yang menjadi negara jajahan Romawi untuk diperkerjakan disana. Undang-undang pembaharuan ini tidak hanya berlaku bagi rakyat kecil tetapi juga berlaku bagi para bangsawan dan orang-orang terkemuka setelah dibentuk sebuah undang-undang untuk membatasi segala kemewahan yang berlebihan, alasanya karena kemewahan dianggap akan menjerumuskan Roma pada kehancuran. Pembaharuan selanjutnya yaitu untuk membasmi berbagai tindak criminal, seperti halnya perampokan yang sering terjadi di seluruh Romawi. Di bidang pertanian dilakukan usaha untuk mengeringkan rawa-rawa yang diubah menjadi tanah subur dan digunakan sebagai lahan pertanian rakyat. Sementara itu, dalam bidang perniagaan diadakan pembaharuan dalam sistem ukuran dan timbangan, peraturan tahun juga menjadi sasaran perubahan yakni dalam satu tahun adalah sama dengan 365 hari dan 6 jam, selanjutnya agar perhitungan tersebut tidak mengacaukan maka digunakan pula tahun ganjil satu kali dalam empat tahun. 
Semua peraturan pembaharuan tersebut dapat dijalankan dengan sangat baik, akan atetapi karena perubahan tersebut dijalankan secara cepat disertai penghancuran institusi-institusi republik diantaranya Caesar mengakhiri sistem Check and Balance yang berlaku dikalangan para pejabat dan majelis yang ada dalam republik Romawi. Caesar sendiri menganggap dirinya sebagai pemegang kekuasaan konsul yang merupakan tribun rakyat serta sebagai diktator “an Pontifex Maximus” (Pendeta tinggi, pemimpin tinggi dalam keagamaan). Ia memaksa Senat untuk mengadopsi dan menerapkan usulanya tanpa adanya suatu perundingan terlebih dahulu, ia juga ingin dipuja seperti dewa seperti halnya Alexander Agung ataupun Ptolomeus. Hal inilah yang menimbulkan rasa gelisah dan kebencian dari para anggota Senat, yang kemudian timbul niat untuk melanyapkan Caesar. Pada saat Caesar mengunjungi rapat Senat pada tanggal 15 Maart tahun 44 SM, rencana partai Senat untuk menyingkirkan Caesar terwujud setelah dibunuhnya Caesar oleh para anggota Senat sendiri dengan dua puluh tiga kali tikaman pisau. Pembunuhan Caesar ini kemudian menyebabkan perang saudara selama 15 tahun. Pihak pembunuh menyangka bahwa pembunuhan itu dianggap benar karena Caesar berusaha untuk menjadi raja, padahal keingginan menajdi raja adalah sebuah kejahatan yang amat besar bagi Romawi. Senat menganggap bahwa dengan membunuh Caesar kebesaran republik Romawi akan kembali, namun ternyata para Senat hanya termakan hasutan Markus Antonius yang merupakan sahabat Caesar sendiri.
Setelah kematian Caesar timbul masalah siapa pengantinya. Sementara itu, di kota Appolonia seorang sepupu Caesar bernama Oktavianus bertempat tinggal. Dalam surat wasiat yang ditulis Caesar sebelum kematianya menyatakan bahwa Oktavianus diangkat sebagai ahli waris pemerintahan Romawi selanjutnya. Penentangnya yang paling kuat dari pengangkatan Oktavianus adalah Antonius yang merupakan kakak iparnya sendiri. Namun kedua tokoh yang dijagokan menjadi pemimpin Romawi tersebut pernah bekerja sama dalam melenyapkan semua pembunuh Caesar. Setelah mencapai kemenangan atas lawanya, mereka membagi wilayah kekuasaan Romawi menjadi dua, Antonius memerintah di bagian timur negara Romawi seperti Balkan, Syiria, Mesir, Palestina, maupun Asia Kecil. Sementara Oktavianus memerintah di bagian Barat Romawi dan wilayah kekuasaan Romawi di Afrika. Pada waktu itu, Antonius masih berstatus sebagai suami dari saudara perempuan Oktavianus, namun ia tetap menarik diri ke Mesir dan menikahi Chleopatra.
Tidak lama kemudian setelah pembagian kekuasaan hubungan antara Antonius dan Oktavianus menjadi tegang. Kelakukan Antonius yang kurang baik semakin mempermudah Oktavianus unutk menaklukanya. Antonius sebenarnya adalah orang yang berhasil dan mempunyai banyak pengikut, tetapi setelah menikah dengan Chleopatra, kebijakanya banyak terpengaruh oleh kepentingan Chleopatra antara lain banyak dihadiahkan sebagian besar bagian kerajaan kepada Chleopatra maupun Putranya. Selain itu, Oktavianus dikesampingkan dan Iskandariyah hendak dijadikan sebagai ibu kota seluruh negara Romawi. Keinginan Antonius inilah yang semakin membangkitkan amarah Roma. Senat menganggap bahwa Antonius bukan sebagai pemimpin Romawi, melainkan semata-mata hanya seorang Mesir. Oleh karena itu, para pengikut membelot menjadi pengikut Oktavianus dan menyatakan perang dengan Antonius maupun Chleopatra. Menyadari kekalahan pada dirinya, Antonius dan Chleopatra akhirnya bunuh diri pada tahun 30 SM. Dengan kekalahan tersebut Mesir menjadi milik Romawi dan Oktavianus menjadi penguasa tunggal di Roma. Republik yang mengalami kemunduran akhirnya musnah setelah pada tahun 27 SM Otavianus mulai melakukan tranformasi di bidang Politik, yaitu dari sistem Republik menjadi suatu sistem yang dirasa sesuai dengan kebutuhan bangsa Romawi yaitu sistem kekaisaran. Oktavianus sendiri bergelar sebagai kekaisaran Augustus. 
Romawi Kekaisaran dibagi menjadi dua yaitu kekaisaran Prinsipat dan Dominiat. Kekaisaran Prinsipat berasal dari kata Princeps yang artinya kaisar yang memerintah adalah keturunan para pangeran penguasa.




BAB III: Penguasa Pada Masa Kekaisaran Prinsipat Romawi.
1. Augustus (Oktavianus), 27 SM-14 SM
Augustus adalah pewaris tahta Romawi dari penguasa sebelumnya Julius Caesar, Oktavianus adalah sepupu dari Caesar yang mewarisi semua kecakapan dalam menjalankan pemerintahan di Romawi. Oktavianus memulai pemerintahanya atas Romawi dengan melakukan perubahan suatu sistem Republik menjadi sebuah negara dengan sistem kekaisaran. Yang terbentuk setelah Senat merelakan jabatan penting kepadanya agar tetap bersedia memimpin Romawi. Hal ini dikarenakan keberhasilan Augustus bersandiwara bahwa ia akan mengundurkan diri dari pemerintahan, sehingga para senat terpengaruh. Tujuan dari perubahan sistem ini adalah tetap mempertahankan bentuk-bentuk republik tetapi dengan memperkuat kekuasaan pemerintah melalui peningkatan kekuasaanya sendiri, sehingga Oktavianus menamakan dirinya sebagai “Restorator Republik Roma”, meskipun pada kenyataanya ia adalah pendiri kekaisaran Romawi. Oktavianus diangkat menjadi imperator seumur hidup dan berkuasa atas seluruh angkatan laut maupun angkatan darat Romawi. Dalam rangka untuk memainkan perananya sebagai republikan yang baik, Oktavianus senantiasa menghindarkan diri dari gaya hidup yang serba bermewah-mewahan, Oktavianus lebih menyukai diberi gelar Princeps yang artinya sebagai warga negara yang pertama dari pada julukan kaisar, tetapi dalam perjalanan sejarah Oktavianus lebih dikenal dengan sebutan Augustus atau “yang mulia”.
Dalam menjalankan pemerintahan atas kekaisaran Romawi, Augustus mengembangkan dan menjadi peletak dasar sistem pemerintahan yang disebut dengan sistem diarchy yakni suatu sistem pemerintahan yang dipegang oleh dua orang penguasa tertinggi yaitu senat dan kaisar itu sendiri. Tetapi pada kenyataanya, meskipun ia tetap mempertahankan senat, serta majelais dan berbagai institusi-institusi republik lainya, sistem dyarchy ini lebih mendekati pada sistem monarchi dan merubah sistem kekuasaan kearah absolutisme. Seperti halnya Caesar ia menganggap dirinya mempunyai hak-hak prerogative konsul, tribun rakyat dan badan-badan eksekutif lainya. Ia pun mendikte para pejabat-pejabat yang kurang berkuasa yang tidak lagi dipilih oleh Senat. Meskipun ia tidak mempunyai keinginan untuk menyingkirkan lembaga-lembaga tinggi, misalnya Senat, tetapi dalam perjalanan pemerintahanya ia menyingkirkan para senator-senator yang dianggap dapat menimbulkan kekacauan dan menentang semua kebijakan dirinya. Disamping itu, ia juga memotong pengawasan senat atas dua kekuatan yang paling kuat dalam kehidupan politik kekaisaran Romawi, yakni pengawasan atas angkatan bersenjata meliputi kontrol atas angkatan darat maupun angkatan laut dan pengawasan atas kekuasaan dalam pengumpulan pajak rakyat. Senat pada masa pemerintahan kekaisaran Augustus banyak diturunkan perananya yaitu hanya sebatas sebagai pembantu kaisar dan tidak mempunyai wewenang untuk menentukan segala kebijakan seperti pada masa Republik Romawi. Oleh karena itu, kedudukan senat semakin lemah dan tidak mempunyai legalitas. Badan kenegaraan lainya seperti halnya “Centuriate Assembly dan Tribal Assembly” juga mengalami nasib yang sama seperti halnya Senat. 
Kekuatan dan keberhasilan Augustus menjadi penguasa Romawi terletak pada kekuatan angkatan bersenjata dan kekayaanya serta kekuasaan atas kendali pemerintahan. Augustus mempunyai kekayaan yang melimpah yang ia diperoleh dari warisan Caesar dan banyak menerima barang rampasan yang diperolah dari kampanye-kampanye militer. Selain itu, Augustus juga banyak mendapat warisan dari orang-orang kaya Roma sebagai wujud kesetiaan kepada dirinya. Dengan kekayaan yang melimpah ini, secara otomatis dapat meluruskan jalanya dalam bidang politik. Pada waktu Augustus memegang jabatan pertama kali sebagai kaisar Romawi mekanisme perpajakan mengalami masa kekacauan dan Roma dalam ancaman kebangkrutan, tetapi dengan kekayaanya Augustus membayar gaji dan pensiun para pegawainya dengan kekayaanya sendiri. Dengan uangnya sendiri, ia juga banyak melakukan perbaikan sarana penyediaan air minum pembangunan gedung-gedung pemerintahan yang megah diseluruh Roma yang semula terbuat dari batu bata merah diubah menjadi marmer yang sangat indah. 
Dalam perjalanan politiknya, Augustus banyak melakukan serangkaian inovasi yang penting bagi angkatan bersenjata, ia berusaha menghilangkan praktek yang dianggapnya tidak berguna dan berbahaya yaitu membiarkan para jendral yang independen saling bersaing untuk membentuk angkatan perang sekehendak mereka. Ia menajdikan dirinya sebagai satu-satunya komandan dari seluruh kekuatan bersenjata Roma. Tujuan dari penguasaan tunggal dalam angkatan bersenjata yakni agar Augustus dapat lebih mudah mendisiplinkan para jendaral yang berusaha untuk menjadi kaisar Roma. Dalam sejarah kemiliteran Romawi, Augustus membuat angkatan bersenjata dalam keadaan yang selalu siap dengan menciptakan satu legiun khusus secara permanen yang ditempatkan di perbatasan propinsi agar selalu siap apabila mendapati serangan dari luar.Selain itu juga, ia melembagakan angkatan laut kedalam badan yang permanen dan ditugaskan untuk mengawasi keamanan laku lintas laut dari ancaman para bajak laut disekitar laut mediterania. Augustus juga memobilisasi sekitar 300,000 orang dan memotong jumlah legiun lebih dari tujuh puluh. Mungkin menjadi dua puluh delapan legion ( sekitar 160.000 orang), jumlah pasukan yang tidak terlalu besar untuk mempertahankan perbatasan sepanjang 4000 mil. Dua puluh delapan legion tersebut dibagi dan ditempatkan di tempat yang berbeda, sekitar delapan legion ditempatkan di pulau Rhine, tujuh lagiun ditempatkan di wilayah Danubian,. Tiga legion berada di Spanyol, empat legion ditempatkan di Syiria, dua legion ditempatkan di Mesir, satu legion ditempatkan di Macedonia, dan satu legion lagi berada di Afrika. Di Italia sendiri cukup ditempatkan Garnisun dari pengawal kerajaan sebanyak 9000 orang yang kemudian dibagi dan ditempatkan di tempat yang berbeda. Augustus menempatkan 5000 pasukan di sekitar Asia Kecil, 3000 pasukan di Judea, dan 1200 di tempatkan di wilayah Gaul. Perekrutan pasukan untuk masing-masing legion diperoleh dari mereka yang mendaftarkan diri secara sukarela, kecuali bagi mereka yang mempunyai cacat tubuh. 
Dalam bidang pemerintahan, Augustus berusaha untuk mengakhiri cara-cara tidak sehat yang telah menjadi sumber ketidakpuasan bagi rakyat dan tindak korupsi yang sudah kronis pada waktu itu. Augustus hanya mengangkat orang-orang yang terampil dan jujur sebagai pegawai pemerintahan dan mereka hanya bertanggung jawab kepada dirinya untuk mengantikan kedudukan para senat yang korup. Oktavianus Augustus adalah kaisar yang dikenal dalam sejarah bukan karena keberanian dan kecerdasanya, melainkan sebagai pemimpin yang pandai dalam memilih pembantu-pembantunya yang mempunyai sifat yang tidak terdapat dalam dirinya. Kecakapan inilah yang membuatnya mempunyai pegawai-pegawai yang sangat loyal pada setiap kebijakanya. Langkah selanjutnya yaitu melakukan standarisasi perpajakan, meskipun masih terdapat pajak untuk barang-barang yang tidak bergerak, penjualan, impor, dan barang lainya, namun beban pajak yang dikenakan pada setiap perorangan tidak terlalu memberatkan. Untuk bertugas menarik pajak, Kaisar mengangkat aparat pemerintah, penarikan pajak tersebut di jalankan seadil mungkin serta semaksimal mungkin dijalankan agar tidak menimbulkan kesengsaraan bagi rakyat.
Masa pemerintahan Augustus ini menandai dimulainya “Pax Romana” (Perdamaian Roma) yang berlangsung dan bertahan selama 2 abad (27 SM-180M), dalam hal ini Romawi mengalami fase tanpa peperangan paling lama dalam sejarah Barat, meskipun sesekali terjadi perang perbatasan seperti halnya perang yang terjadi di hutan Tautoburger pada tahun 9 M, dimana dalam peperangan ini orang-orang Barbar Jerman yang dipimpin oleh Arminius (Herman) dapat mengalahkan pasukan Romawi dan memaksa mereka menyingkir ke tepi Barat sungai Rhine. Tetapi peperangan-peperangan yang terjadi hanya dalam skala kecil tanpa dapat mengoyahkan “Pax Romana” di bawah kaisar Augustus. 
Perjalanan politik augustus hampir berlangsung selama 60 tahun, akan tetapi pada 19 August tahun 14 M, di sebuah kota kecil Campanian di sekitar Nola, Augustus meninggal. Ia selalu siap, tenang, bahagia,tidak pernah merasa ragu, dan selalu menyesali kesalahanya yang pernah dibuat sewaktu ia menjadi pemimpin kekaisaran Romawi. Permasalahan yang kemudian muncul pasca ia meninggal adalah kesulitan tentang siapa yang akan mengantikanya karena tidak terdapat aturan yang pasti tentang pemilihan pengantinya. Permasalah inilah yang akan menganggu puncak kekuasaan sampai akhir masa kekuasaan Princeps. 

2. Para Kaisar Yang Menjadi Penerus Augustus
Setelah kematian augustus, kaisar pengantinya tidak mempunyai kecakapan dalam menjalankan tugas sebagai kaisar Romawi. Bahkan empat kaisar sesudah Augustus sama sekali tidak sesuai untuk memangku jabatan setinggi itu. Tiberius lahir pada tahun 42 SM, selama dua tahun ia hidup bersama orang tuanya dalam pengasingan. Pada tahun 38 SM ibunya Livia Drusilla membujuk ayahnya untuk menceraikanya dan kemudian ibunya menikah dengan Oktavianus. Oleh karena itu, Tiberius merupakan anak tiri dari kaisar Augustus. Tiberius naik tahta pada usianya 55 tahun. kaisar Tiberius banyak menyalahgunakan wibawa dan wewenang yang didapatkan dari ayah tirinya sehingga ia cepat dikenal sebagai pengusa berakhlak bejat dan kejam, ia menyingkirkan setiap orang yang dianggapnya berkhianat. 
Meskipun demikian Berita kuno menyebutkan bahwa Tiberius adalah kaisar yang menjalankan pemerintahan dengan bagus. Ia memperlakukan senat dengan sangat peduli dan hormat, ia menghadiri semua pertemuan, mempersilahkan dan memberikan kebebasan dalam berbicara dan melakukan perdebatan dan yang diterima itu sama dengan Partner asli dalam pemrintahan, menghilangkan penelitian untuk jabatan di kampus Martinus, pengadilanpun memperoleh martabatnya kembali. Popularitas Tiberius sebagai kaisar Romawi,kelihatan mempunyai jiwa kepemimpinanya penuh ketenangan, baik dalam pengetahuanya ataupun kemampunya dalam hal adminastrasi pemerintahan Romawi. Ia mengikuti politik luar negeri yang dijalankan Augustus yaitu lebih mempercayakan taktik diplomatik dari pada dengan peperangaan. Namun semua itu hanyalah keadaan yang dipaksakan. 
Tiberius menghabiskan waktu 11 tahun terakhir pemerintahanya di Capri , disana ia berbuat tidak senonoh didepan orang Roam dengan pesta yang berlebihan dan meneror mereka dengan menyerahkan pemerintahanya kepada seorang letnan yang kejam yaitu Sejanus. 
Penganti Tiberius adalah Caligula, anak kemenakanya. Pada awalnya Caligula disanjung sebagai tokoh yang poluler karena ia mengampuni lawan politiknya, meniadakan tukang lapor, mengurangi pajak, dan mendukung keuangan berbagai macam kegiatan olahraga. Tetapi selanjutnya Caligula menyerukan kekuasaan Priceps yang tak terbatas, ia juga menuntut agar dirinya disebut sebagai dewa dan mengusulkan agar kudanya sebagai konsul. Akibat kehidupanya yang serba mewah, Roma mengalami kebangkrutan, untuk itu ia memaksa orang kaya mewariskan hartanya kepada negara dengan terlebih dahulu mengancam hukuman mati dan penyitaan harta benda mereka. Tindakanya yang kejam dan pikiranya yang selalu berubah-ubah hingga gila membuat seluruh Roma marah, bahkan pengawal Pretorianya menjadi marah. Pada tahun 41 M Caligula dibunuh oleh parwira pengawalnya sendiri dan langsung dikuburkan di kota Roma. Pada saat kematianya, Caligula baru berusia 30 tahun sehingga belum menentukan kaisar yang akan mengantinya.
Penganti Caligula akhirnya ditentukan sendiri oleh pasukan Preutoria, Claudius yang merupakan paman Caligula diangkat menjadi kaisar pada usia 50 tahun. Claudius digambarkan sebagai orang yang bodoh dan tidak mempunyai sopan santun, akan tetapi pada masa kekaisaranya kepamongprajaan lebih diluaskan lagi serta dijadikan lebih berdaya guna, dan kekuatan-kekuatan baru dilimpahkan kapada para gubernur di Provinsi luar. Pemerintahan yang dipimpin oleh kekaiasaran Augustus ini dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang sangat resah, karena selama ia berkuasa banyak muncul kota-kota provinsi menjadi sebuah pusat industri yang hampir sama dengan kota Roma sehingga kota-kota tersebut menuntut peranan yang lebih besar dari pemerintahan Roma. Claudius sendiri banyak meninggalkan garis kebijakan yang diterapkan oleh Augustus yaitu tentang batas-batas geografis dan politik Romawi, bahkan Claudius memberikan hak kewarganegaraan Roma kepada seluruh penduduk provinsi, seperti arah kebijaksanaan yang dianut pada masa Caesar. Akibat arah kebijaksanaan tersebut muncul banyak ketegangan di sekitar Romawi, bahkan ketika Claudius meninggal pada tahun 54 M, kata Latin tidak lagi mempunyai arti Geografis karena banyak kota yang mempunyai hak Latin . Hak Latin ini sangat didambakan oleh setiap kota karena dengan hak itu, kota memiliki status tertentu dalam berurusan dengan Roma melalui para pejabatnya. Hal inipun diberikan kepada kota-kota disekitar Alpen dan kota-kota di Spanyol yang dikuasai Roma.
Claudius sendiri maninggal karena diracun oleh istrinya yang ke-empat bernama Agrippia. Sebelum meracuni Claudius, Agrippia membujuknya agar mengadopsi dan menyerahkan tahta kekaisaran kepada Nero anak dari Agrippia dan bukan kepada Britannicus, anak dari Claudius sendiri.
Penganti Claudius adalah Nero yang naik tahta pada usia 16 tahun, dan sebelum sampai satu tahun pemerintahanya ia membunuh Britannicus dengan racun. Di kemudian hari ia juga mengambil keputusan bahwa ibunya juga harus dibunuh, berbagai usaha untuk membunuh Agrippia ini mengalami kegagalan. Akhirnya Nero mengambil tindakan lengsung yaitu menuduh ibunya berkomplot untuk melawan kaisar dan segera menyuruh orang untuk membunuhnya. Kebakaran besar yang melanda Roma pada tahun 64 M menjadikan Nero disangka sebagai orang dibalik peristiwa tersebut, terlebih setelah ia menggunakan dalih kebakaran tersebut untuk kembali mebangun kota Roma atas nama kemasyuranya sendiri. Untuk kembali mengembalikan kepercayaan rakyat Roma Nero membuka Campus Martius, gedung umum, dan tamannya sendiri untuk menampung korban kebakaran tersebut. Sarana kehidupan juga didatangkan dari Ostria dan kota-kota tetangga, bahkan harga gandum pun diturunkan. Akan tetapi, semua tindakan tersebut tidak mendapatkan simpati rakyat karena muncul desasdesus bahwa saat terjadi kebakaran Roma, Nero menaiki mimbar pribadinya untuk membandingkan dengan kehancuran Troya. Guna mengalihklan perhatian rakyat terhadap dirinya atas tuduhan pembakaran kota Roma, ia menyalahkan orang-orang Kristen dan kemudian ratusan orang Kristen dibantai. 
Kaum tradisional Roma juga menyimpan kemarahan pada kaisar Nero karena ia selalu menghayalkan diri sebagai seniman dan selalu mendesak agar dapat tampil di mimbar umum untuk bernyanyi dan memainkan lira. Padahal hal itu adalah aib bagi seorang bangsawan. Perbuatan Nero yang telah melampaui batas tersebut menimbulkan ketidakpuasan dimana-mana. Pada tahun 65 M komplotan rahasia yang didalangi oleh senat berusaha untuk melawan Nero, namun tindakan ini dapat diketahui dan dihancurkan oleh Nero. Semenatar itu Nero banyak menghadapi berbagai kekacauan antara lain di Armenia, Britania, Yudea, dan pada akhirnya harus menghadapi pemberontakan dari dalam bala tentaranya sendiri. Komandan pasukan Romawi di Gallia, Afrika, dan Spanyol berusaha merebut kekuasaan di provinsi mereka masing-masing. Akibat tantangan yang semakin besar, akhirnya Nero lari meningggalkan kota Roma dan ia akhirnya dijatuhi hikuman mati oleh Senat. 
Kematian Nero ini menimbulkan masa anarki di seluruh Romawi yang lebih dikenal sebagai masa empat kaisar yaitu masa kaisal Galba, Otho, Vittelius, dan Vespasianus. Akhir masa kekaisaran Vitellius ditandai dengan peperangan yang melanda seluruh Italia. Dalam pertempuran tersebut menyebabkan Vespasianus berkuasa dan diangkat menjadi kaisar oleh para Senat karena keberhasilanya mengatasi semua kekacauan yang terjadi di selurh Italia. Senat juga memberikan kebebasan pada Vespasianus untuk mengadakan perjanjian dengan siapapun, memanggil Senat untuk bersidang, memperluas wilayah, mengadakan transaksi dan melakukan apapun yang menurut anggapanya mengabdi pada kepentingan negara serta kehormatan dewa, negara, dan perorangan. Dalam melanjutkan pemerintahanya, ia juga melanjutkan kebijakan yang dilakukan Claudius yaitu memberikan hak kewarganegaraan kepada setiap provinsi, dan melimpahkan status Latin kepada kota-kota diseluruh Spanyol. Vespasianus juga berusaha memperbaiki kas negara yang bangkrut dengan memotong pengeluaran dan mengutip pajak baru dan tindakan itu dilakukan secara hati-hati dan tidak terlalu keras.
Dengan wibawa jabatanya Vespasianus mengeluarkan Roma dari masa kekacauan, ia melakukan pengabdianya kepada negara yang dapat dikatakan besar yakni menegakan hubungan baik antara Senat dan Princeps.
Dibawah Vespasianus dan para pengantinya, senat mengalami sedikit perubahan dan sedikit kekhasanya. Jabatan-jabatan tinggi dalam dalam rumah tangga kekaisaran dianggap penting sekali mulai diambil alih oleh para kaum Ksatrya, dan Senat mulai berfungsi sebagai badan tertinggi pegawai negeri. Berkat pengalaman anggotanya menduduki berbagai jenjang jabatan di seluruh kekaisaran, badan ini juga menjadi dewan penasehat pemerintah. Pada masa kekuasaan wangsa Flavius ini (keluarga Vespasianus) mulai surut perubahan peranan inilah yang memungkinkan Senat melaksanakan tugas untuk menunjuk seorang kaisar. 
Pada tahun 79 M, Vespasianus digantikan oleh anaknya Titus. Setelah kaisar Titus meninggal kemudian digantikan oleh anak kedua dari Vespasianus yaitu Domitianus yang merwarisi kekuasaan pada usia 29 tahun. Pada masa kekaisaran Domitianus kehidupan penuh dengan keurigaan dan ketakutan, hal ini berlangsung selama 15 tahun. Ia banyak menjatuhi hukuman mati kepada mereka yang disangka sebagai penentang kaisar. Akhirnya kaisar dibunuh oleh anggota rumah tangganya sendiri. Senat kemudian memerintahkan agar nama Domitianus dihilangkan dari seluruh kota Roma, dan untuk pertama kalinya Senat menentukan pilihanya sendiri seorang kaisar yang akan berkuasa. Nerva seorang pengacara tua terhormat akhirnya yang dipilih sebagai kaisar penganti Domitianus.
Kekaisaran Nerva inilah yang memulai zaman lima kaisar baik. Meskipun masa pemerintahan Nerva berlangsung singkat, namun ia mewariskan pendekatan yang rasional terhadap masalah pengantian kaisar. Ia mengambil calon untuk mengisi jabatan tersebut dan kemudian melatihnya, hasilnya adalah masa kemantaban yang dapat berlangsung lama. Buktinya pada masa kekaisaran Trajanus, Hadrianus, Antonius Pius, dan Marcus Aurelius yang berturut-turut sebagai penganti Nerva kekaisaran Roma mencapai puncaknya meskipun tidak seperti pada masa Augustus.
Penganti langsung Nerva adalah Trajanus, ia adalah seorang komandan di Spanyol meskipun namanya tidak banyak dikenal nemun ia memberikan harapan yang besar kehidupan Romawi. Dibawah kaisar Trajanus perbatasan kekaisaran mencapai jangkauan yang paling jauh. Trajanus memimpin bergerak ke Dacia diseberang sungai Donau dan pada akhir masa kekuasaanya ia memimpin ekspedisi masuk Armenia dan Mesopotamia. Dalam bidang pemerintahan, Trajanus melakukan perubahan terutama dalam pemerintahan daerah kota-kota provinsi. Kekaisaran di bawah Trajanus menikmati kemakmuran yang besar, provinsi juga berkembang menandingi perkembangan yang ada di kota Roma. Salah satu ukuran kemakmuran ini ialah meningkatnya kedermawaan umum dan perorangan diseluruh kekaisaran. Gandum dibagikan secara cuma-cuma bagi penduduk miskin dan mereka berhak menonoton sirkus tanpa harus membayar.dan kedermawanan Trajanus yang paling menonjol adalah mengambil uang yang sama banyaknya dengan anggaran kekaisaran selama satu tahun. Dengan uang ini ia membangun sistem sewa tanah pertanian dengan mudah, sedangkan keuntungan dari sistem ini dibagikan pada yatim piatu. Program yang dikenal dengan nama Alimenta ini diperluas oleh penganti Trajanus dan dilaksanakan hampir 200 tahun. 
Sesuai dengan perintah Nerva, Trajanus mengangkat seorang kerabatnya yang bersal dari Spanyol yaitu seorang jendral cemerlang bernama Hadriyanus sebagai ahli warisnya. Dengan semikian pada saat Trajanus meninggal pada tahun 117 M jabatan kaisar langsung diserahkan kepada Hadrianus. Kebijaksanaan Hadrianus agak menyimpang dari apa yang dilakukan oleh Trajanus. Karena merasa kekaisaran sudah terlampau luas , maka ia melepaskan pangkalan Trajanus di Armenia serta Mesopotamia. Ia juga mundur dari wilayah Britania sebelah Utara karena di wilayah ini Roma telah kehilangan satu legion utuh dalam perang perbatasan. Kaisar Hadrianus inilah yang membangun benteng terkenal yang memisahkan Britania bagian selatan dengan bagian utara yang belum dikuasai.
Hadrianus melakukan perjalanan hampir diseluruh wilayah propinsi untuk memperhatikan secara lebih mendetail wilayah yang jauh dari pengawasanya, membangun gedung baru dan berusaha meringankan beban pajak rakyat. Hadrianus juga membakukan hukum Romawi dengan menyamakan semua prosedur hukum di seluruh kekaisaranya. Negara Romawi menjadi persemakmuran sejati dan bukan pemerintahan pusat yang menguasai negara jajahan. Kota-kota di wilayah Romawi dijadikan Minicipia atau kotapraja yang semua penduduknya dterima sebagai warga negara Romawi.
Kaisar terakhir dari lima kaisar yang bijaksana ini adalah Antonius Pius dan Marcus Aurelius. Kedua kaisar ini memerintah dan mencapai jaman kejayaan kembali. Dibawah pemerintahan Marcus Aurelius (161-180 M) perasaan persatuan dan kerukunan rakyat sangat menonjol. Tetapi pada waktu yang sama terdapat tanda yang tidak menyenangkan bahwa akan terjadi perubahan . Selama tahun-tahun terakhir pemerintahan Marcus Aurelius perbatasan Roma di Sungai Rhein, Donau, dan eufrat mengalami bahaya serentak. Zaman Marcus Aurelius banyak disibuki oleh permasalah militer. Ia sering berada di perbatasan dan sering memimpin tentaranya sendiri disela-sela pertempuran. Aurelius tetap mempertahankan jabatan kaisar sebagai “Pontifex Maximus” dan mempertahankan kontrol atas angkatan perang dan birokrasi berada di tangan mereka sendiri. Selama beabad-abad juga dikembangkan beberapa lembaga politik baru dan merintis adanya pemujaan terhadap kaisar yang dipuja sebagai dewa seperti halnya pada masa Caesar 
.
3. Nama-nama Kaisar yang Berkuasa Setelah Marcus Aurelius Sampai Berakhir Kekaisaran Prinsipat.
“ Lucius Aurelius Verus (Marcus'la beraber)(161-169), Commodus(180-192), Pertinad(192-193), Didius Julianus(193), Septimus Severus(193-211), Caracalla (211-217), Geta (kardeşi Caracalla ile beraber) (211-212), Macrinus (217-218) , Heliogabalus (218-222), Severus (222-235), Maximinus (235-238), Gordianus-I (238), Gordianus-II (238), Pupienus ve Balbinus (238), Gordianus-III (238-244) , Philippus (244-249), Decius(249-251), Gallus(251-253), Aemilianus(253) , Valerianus(253-259), Gallienus(259-268), Claudius-II(268-270), Aurelianus(270-275), Tacitus(275-276), Florianus(276), Probus(276-282), Carus(282-283) , Diocletianus(283-305), Maximianus (İstanbul)(286-305), Constantius Chlore-I(305-306), Galerius(306-311), Severus (Ortak İmp.) (306-307), Maxentius(311-312), Licianus(308-324), Constantinus I(324-337), Constantinus-II(337-340), Constantinus-III(340-361), Constans (Ortak İmp.)(337-350), Magnentius(350-353), Julianus(361-363), Jovainus(363-364), Valentinianus-I (Roma)(364-375), Valensius (İstanbul)(364-378), Gratienus (Roma)(367-383), Maximus (Fransa'da)(383-388), Valentinianus-II (Roma)(375-392), Theodoius(379-395), Eugenius (Fransa'da)(392-394), Honorius(395-423), Valentinianus-III(423-455), Petronius(455-456), Avitus(456-457), Majorianus(457-461), Severus(461-465), Anthomius(465-472), Olybrius(472-473), Glycerius(473-474), Nepos(474-475), Romulus(475-476) “ 






BAB IV : Hasil Peradaban Romawi Masa Kekaisaran Prinsipat
Peradaban bangsa Romawi baik pada masa republik maupun pada masa klekaisaran menonjolkan segi-segi kepraktisan bangsa Romawi. Bangsa Romawi tidak banyak memberikan sumbangan dalam bidang seni drama maupun filsafat, namun dalam bidang kemiliteran Romawi mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dari pada kebudayaan manapun. Hasil peradaban Romawi masa kekaisaran dapat digolongkan menjadi:
A. Hukum
Hukum Roma dijalankan dengan cukup fleksibel dan adaptif terhadap terhadap kondisi-kondisi baru. Dibawah kekaisaran negara menempatkan para advokat sebagai pegawai negeri yang disebut dengan Juris Consult artinya mereka yang ahli dalam hukum. Mereka bertugas mengadaptasikan hukum pada kebutuhan-kebutuhan khusus atau kasus-kasus khusus dan menegakan keadilan serta memberikan keputusan-keputusan atas jiwa hukum. Pelaksanaan hukum Roma mempunyai kelemahan-kelemahan diantaranya di Roma tidak ada juri seperti di Athena, para hakim mempunyai pendidikan legal yang sama. Disamping itu hukum roma dapat dipakai untuk dapat menyalahgunakan kekuasaan negara. Akan tetapi meskipun hukum Roma menekankan pada kekuasaan negara tetap menekankan pada hak-hak terdakwa. 
B. Ilmu Pengetahuan dan teknik 
Seperti halnya dalam bidang hukum, dalam ilmu pengetahuan bangsa Romawi juga menganut hal-hal yang praktis. Meskipun sedikit sekali hasil penemuan-penemuan akan tetapi mereka dapat memperlihatkan rasa inigin tahu yang besar, mereka juga mempunyai semangat yang tinggi dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan penemuan baru sehingga mempunyai makna praktis dan nyata dalam kehidupan. Sebagai contoh penemuan dalam bidang bedah dan kesehatan masyarakat, Roma telah membuat kemajuan yang mendasar. Para ahli bedah telah menciptakan alat-alat bedah seperti gunting tang, dan jepitan (twezeer) serta peralatan lain yang dipakai untuk melaksanakan operasi-operasi khusus. Pada waktu itu juga ditemukan metode untuk menolong kelahiran bayi yang tidak dapat lahir dengan cara normal, metode ini bernama operasi Caesar karena pertama kali digunakan pada waktu kelahiran Julius Caesar.
Bangsa Roma juga mencapai tingkat sanitasi tertinggi, bahkan yang tertinggi di Eropa hingga abad 19M, mereka membuat W.C dengan disertai saluran pembuangan air kotor dan selokan atau parit untuk mengeringkan. Tempat-tempat pemandian umum juga banyak dibangun. Sementara itu, dalam bidang tekhnik bangsa Romawi sudah mencapai tingkatan yang labih tinggi pula, mereka membuat fondasi dengan bahan dari kapur, pasir, silica, batu, dan air. Untuk mencampur bahan-bahan tersebut dibutuhkan tukang batu yang ahli agar campuran dapat seimbang. 
C. Arsitektur dan Seni Patung
Arsitektur Romawi merupakan hasil dari tekhnik tinggi, bangsa Romawi telah menggunakan lengkungan sebagai alas bangunan dan mengkhususkan pembangunan pada bangunan-bangunan sekuler. Bangsa Romawi juga senang membangun bangunan yang besar, misalnya dipantai timur Adriatik, kaisar Diocletianus membangun satu istana yang besar sekali sehingga sisanya masih tersebar di sekitar Serbia sekarang.
Dalam seni patung, bangsa Roamwi mengembangkan gaya realisme yang telah mereka warisi dari dunia Helenistik, misalnya dapat dilihat dari patung setengah badan kaisar Vespasianus yang dengan jelas menampilkan kekasaranya, intelegensia yang superior dan kesenanganya akan humor. Pematung sering kali memuja apa yang dipatungkan dengan gaya yang dilebih-lebihkan. 
D. Filsafat dan Agama
Pada masa kekaisaran, filsafat Helenistik dan agama misteri oriental, keduanya diimpor dari luar untuk mengisi kekosongan warisan yang ditinggalkan oleh kemerosotan politeisme lama. Para intelektual Roma mulai mempelajari ajaran-ajaran mazhab Epicurea dan Stoa yang berasal dari Alexandria. Mazhab Stoa cukup menarik para pemikir pada abad pertama masa kekaisaran misalnya Epicetus. Sementara kehidupan agama, agama Kristen dalam jangka panjang berhasil memenuhi keinginan orang banyak. Namun sampai Kristianisasi mampu mendominasi Roma selama berabad-abad masa kekaisaran, agama ini menghadapi persaingan dari agama oriental misteri lainya. Di Mesir orang-orang banyak memuja dewa Isis, di Asia Kecil memuja Magna Mater atau Ibu Agung, dan di Persia memuja Dewa Mithra.
E. Kesusastraan
Banyak penulis Romawi, seperti halnya para seniman dan filsufnya ,meniru model-model Yunani. Hanya Essai yang telah dikenal sebelumnya serta bentuk-bentuk karya sastra minor yang terlebih dahulu dikembangkan dalam bahasa Latin. Para pengarang Romawi banyak menampilkan tema-tema popular dan menulis sedemikian jelas dan efektif sehingga dapat secara mudah mendapatkan pengemar. Para pengarang masa kekaisaran tersebut antara lain, Vergil (70-19 SM), ia adalah yang terbesar diantara para penulis Augustan . Pelindung dekatnya bernama Maecenas seorang yang kaya dan sebagai teman dari Augustus. Horace (65-8 SM), ia adalah penyair Augustan terbesar kedua, Hirace banyak menulis tentang tema-tema yang menjadi kegemaran dari Augustus. Ovid (43-17 SM), ia adalah penyair augustan terbesar ketiga, dalam tulisanya ia selalu mencurahkan perhatianya pada kesenangan-kesenangan tetapi cenderung mengabaikan etika. Tacitus (55-117 M), ia merupakan sejarawan terbesar Romawi karya terbesarnya adalah Germania. Dalam karyanya ini, ia kurang menampakan sejarah bangsa Jerman awal dari pada serangan Roma selanjutnya. Ia sangat memuji kebaikan-kebaikan sehingga karya ini mengambarkan pujian yang dilebih-lebihkan kepada bangsa Jerman untuk mengkontraskan dengan kebejatan-kebejatan pada zaman tersebut. 


BAB V
PENUTUP
Kesimpulan.
Romawi adalah sebuah negara yang mengalami dua periode yang berbeda yaitu periode republi dengan Julius Caesar sebagai penguasa terakhir dan periode kekaisaran yang dimulai pada masa pemerintahan kaisar Oktavianus Augustus. Setelah berhasil mengakhiri perang saudara di seluruh Romawi, Augustus bersandiwara untuk mengundurkan diri dari pemerintahan. Sandiwara ini menimbulkan kekhawatiran rakyat dan Senat, sehingga untuk memaksa agar Augustus bersedia menjadi pemimpin Romawi, Senat memberikan jabatan-jabatan penting akibatnya segala urusan ketatanegaraan berada dalam satu tangan yaitu kaisar sehingga berubahlah Romawi menjadi kerajaan.
Pada masa kekaisaran Augustus kehidupan mengalami masa damai yang berlangsung dalam jangka waktu lama, pada masa pemerintahanya pun Romawi mencapai masa kejayaan. Ia banyak melakukan perubahan-perubahan dalam pemerintahanya yang lebih berpihak kepada rakyat. Augustus juga banyak melakukan mobilisasi angkatan bersenjata baik darat maupun laut dalam rangka menajaga tiap perbatasan wilayah yang dikuasainya. Semenjak kematian Augustus, pada kekaisaran Romawi tidak terdapat lagi sosok kaisar yang dapat menyamai prestasi dirinya, bahkan hanya menimbulkan kemunduran bagi Romawi.
Pada masa kekaisaran banyak meninggalkan hasil-hasil peradaban di- antaranya dalam bidang hukum, arsitektur dan seni patung, agama dan filsafat, maupun dalam hal kasusastraan yang mempengaruhi kehidupan Eropa maupun dunia selanjutnya.



Daftar Pustaka :
Campbell,J.B, 1984, The Emperor and The Roman Army (31 BC-235 AD), Clarendon Pers : Oxford.
Farmer, Paul, 1951, Europian World A Historian Introduction, Alfred A. Knopf Inc : New York.
Green, Peter, A Concise History of Ancient Grece To The Close of Clasical Era, Thames and Hudson London : London.
Hadas, Moses, 1983, Roma Masa Kekaisaran, Jakarta : Tiara Pustaka.
Hayes, Carlton, 1956, History of Europe, The Mac Milan : New York.
Heichhelheim, Fritz M, dan Cedric A Yeo, 1962, History of The Roman People, Prentice Hall Inc.
H.J. Van Den Berg, 1952, Sejarah Panggung Dunia. 
Romein, J.M, 1956, Aera Eropa Peradaban Eropa Sebagai Penyimpangan dari Pola Umum, Gonaco Pers : Bandung.
Subroto, Sugiharji dan Budiawan, 1989, Sejarah Peradaban Klasik dari Pra Sejarah Hingga Runtuhnya Romawi, Liberty : Yogyakarta.

0 comments:

Post a Comment

◄ Posting Baru Posting Lama ►